Street photography atau fotografi jalanan adalah suatu istilah yg agak absurd, ini karena sebenernya ada banyak fotografer jalanan yg kurang suka istilah itu. Mereka lebih senang menyebut diri mereka sendiri sebagai fotografer, polos dan sederhana gitu aja.
Gambaran pertama yang biasanya nyantol ke pikiran untuk istilah street photography, adalah potret seseorang (asing) yg sedang berjalan menyusuri jalanan di kota seperti Tunjungan Surabaya, Braga Bandung, atau Simpang Lima Semarang. Memang Ini adalah bagian besar dari street photography tentu saja, tapi itu hanya satu bagian, dan bisa menimbulkan kebingungan atas makna sebenarnya dari apa itu street photography, dan bagaimana street photography itu biasa dilakukan.
Street photography adalah fotografi candid tentang perilaku dan kehidupan manusia dalam lingkungan sehari-harinya. Ini adalah cara bagi fotografer untuk menunjukkan keadaan di sekitarnya, dan bagaimana fotografer berhubungan dengan mereka. Fotografer menyaring apa yang mereka lihat, untuk kemudian merekam momen yang menarik/unik dari hal2 yg sebenernya biasa terlihat sehari2, dan untuk berbagi rekaman imaji unik itu dengan orang lain. Semacam melamun dengan kamera.
Gambar manusia juga nggak harus selalu ada dalam foto supaya bisa disebut sebagai street photo. Foto itu nggak wajib dijepret di jalanan kota, atau di sebuah pasar yg sibuk. Street photo bisa diambil di mana saja, dan bisa menggambarkan apa saja, pokoknya alami aja nggak diatur posenya atau dimanipulasi. Jadi ya bisa jadi street photography dibuat pas di acara kumpul2 keluarga, atau di sekitar taman Bungkul.
Sementara banyak orang yg berpendapat street photography adalah istilah yg agak absurd, ada juga hal2 menarik yg bisa diapresiasi pengamat seni. Jalanan adalah tempat paling umum dan paling gampang diakses sembarang orang. Street photography juga genre fotografi paling umum dan gampang diakses semua orang. Siapapun bisa melakukannya. Nggak perlu beli kamera mahal. Nggak perlu punya studio besar, nyusun tata lampu pro, atau model cantik.
Kita semua memiliki konten yang sama tersaji di luar sana, tinggal terserah kita untuk menyaring gambar apa yg mau diabadikan, dan gimana juga cara merekamnya.
Selain itu, sementara kualitas teknis fotografi adalah hal yg sangat penting di semua genre fotografi, itu bukan sesuatu yg sangat diprioritaskan di street photography. Foto nature atau landscape misalnya, dituntut tajam supaya bisa dibilang bagus. Ketajaman gambar itu biasanya diperlukan untuk kepentingan cetak ukuran besar dg kualitas prima. Dalam genre fotografi ini, fotografer bisa memilih lokasi yg sempurna, framing dg cara yg sempurna, memilih peralatan yg sempurna dan setingnya, kemudian bisa terus motret disitu berulang2 sampai dapat pencahayaan yg sempurna.
Sementara itu, di sisi lain, dalam street photography bisa jadi citra terbaik yg bisa ditangkap fotografer itu muncul tepat di depan hidungnya pas lagi sarapan kopi dan gorengan di warkop. Momen semacam itu hanya terjadi sekali, dan nggak bisa diulangi lagi. Spontanitas demikian itu yg dinilai mahal dalam street photography. Itulah sebabnya kalo ada gambar yg agak kasar atau framing agak menceng atau fokus tidak sempurna seperti karya2 Garry Winogrand tidak membuat karya street photography dianggap rusak atau jelek. Penguasaan teknis kamera dan konsep fotografi memang wajib buat fotografer, tapi kadang2 proses penangkapan momen yg kurang sempurna itu bikin karya street photography lebih terasa hidup dan jadi punya cerita.
Momen terjadinya hal yg unik di jalanan memang sering kali spontan dan banyak fotografer yg beruntung bisa menangkap rekamannya karena insting. Tapi keberuntungan itu sebenernya bisa dipelajari. Lha gimana caranya menyiapkan diri supaya beruntung? Insya allah saya akan share beberapa tips street photography di beberapa post berikutnya. Jadi jangan lupa subscribe RSS feed blog baru ini yaaa… 😉
wah … klo photographer gadungan kya aku apa yah disebut kak :))
Haha entahlah, mungkin ya disebut photographer gadungan kak jooo :))